Nama : Siti Nurmaulina
NIM : 11901369
Kelas : PAI 4D
Mata kuliah : Magang 1
Judul buku : Evaluasi Pembelajaran
Penulis : Drs. Asrul M.Si dkk
Penerbit : Citapustaka Media
Tahun terbit : 2015
Sumber : http://repository.uinsu.ac.id/928/1/Buku%20Evaluasi%20Pembelajaran.pdf
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah saya masih bisa diberi nikmat sehat untuk mengerjakan laporan bacaan ini. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tugas mingguan dari mata kuliah Magang 1. Membaca dan menulis dalam laporan merupakan bagian penting untuk mahasiswa sebagai latihan dalam menuis skripsi nantinya.
Buku yang dilaporkan adalah buku yang berjudul Evaluasi Pembelajaran yang di tulis oleh Drs. Asrul, M. Si dkk
Pengertian Evaluasi pembelajaran
evaluasi pembelajaran pada dasarnya
bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui
pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan
evaluasi sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi.
Secara konsepsional istilah-istilah tersebut sebenarnya berbeda satu
sama lain, meskipun mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam
bentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh
peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas tersebut digunakan untuk menarik
kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan
kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi
pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan
pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan,
psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran
biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur.
Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi
tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu
(Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan
tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik (seperti
nilai yang akan diberikan), keputusan tentang kurikulum dan program
atau juga keputusan tentang kebijakan pendidikan.
Sejalan dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di atas, Arifin
(2013:5) mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah
suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan
dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.
Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan
beberapa hal tentang evaluasi, bahwa:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).
Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas
daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti.
Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan
arti itu adalah evaluasi. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan
konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut
tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti
terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan, dan terus menerus.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu,
terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement). Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep
dasar evaluasi. Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan
arti (worth and merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa
pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori
kegiatan evaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan
kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan
arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan
sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan
pertimbangan (a) hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah (b) evaluator lebih percaya diri (c) menghindari adanya
unsur subjektifitas (d) memungkinkan hasil evaluasi akan sama
sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda, dan
(e) memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran
hasil evaluasi.
Proses Evaluasi Dalam Pendidikan
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat untuk proses produksi,
dan calon peserta didik diumpamakan sebagai bahan mentah, maka lulusan
dari sekolah itu hampir sama dengan pruduk hasil olahan yang sudah
siap digunakan disebut juga dengan ungkapan transformasi.
- Input : adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi.
Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah
adalah calon peserta didik yang baru akan memasuki sekolah.
Sebelum memasuki sesuatu tingkat sekolah (institusi) calon peserta
didik itu dinilai dahulu kemampuannya.
Dengan penelitian itu diketahui apakah kelak akan mampu mengikuti
pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
- Ouput: Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang
dimaksud dalam pembicaraan ini adalah peserta didik lulusan sekolah
yang bersangkutan untuk dapat menentukan apakah peserta didik
berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilian.
- Transformasi: adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud
dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin
yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai tranformasi.
Bahan jadi yang diharapkan dalam hal ini peserta didik lulusan
sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat pekerjaannya
unsur-unsur yang ada.
Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain:
a. Guru dan personal lainya.
b. Metode mengajar dan sistem evaluasi.
c. Sarana penunjang.
d. Sistem administrasi.
- Umpan Balik (feed back): adalah segala informasi baik yang menyangkut
output maupun transformasi.
Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun
transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang tidak siap
pakai yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua
pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab
kurang bermutunya lulusan.
Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan
Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan
Suharsimi (2002:11), yaitu:
Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai
contoh mengetahui tingkat inteligen seorang anak, akan mengukur
kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal.
Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran
kuantitatif.
Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ
105 termasuk anak normal.
Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya
tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian
pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.
Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian
(assessment purpose) adalah untuk (1). keeping track, (2). checking-
up, (3). finding-out, and (4). summing-up. Keempat tujuan tersebut
oleh Arifin (2013:15) diuraikan sebagai bertikut:
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar
peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data
dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis
dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata
lain, guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui bagian
mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian
mana dari materi yang belum dikuasai.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif
solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan
ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan
belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.
Selain dari itu penilaian juga berguna bagi semua pihak pemangku
kepentingan, mulai dari peserta didik, tenaga pengajar, sekolah dan
juga masyarakat. Khusus bagi peserta didik, guru dan sekolah penilaian
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Peserta didik.
Dengan diadakannya penilaian, maka peserta didik dapat mengetahui
sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
guru. Hasil yang diperoleh peserta didik dari pekerjaan menilai
ini ada 2 kemungkinan:
a. Memuaskan
Jika peserta didik memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal
itu menye-nangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi
pada kesempatan lain waktu. Akibatnya peserta didik akan
mempunya motivasi yang cukup besar untuk belajar yang lebih
giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni
peserta didik merasa sudah puas dengan hasil yang diperoleh
dan usahanya kurang gigih lain kali.
b. Tidak memuaskan.
Jika peserta didik tidak puas dengan hasil yang diperoleh ia
akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi.
Maka ia lalu bekerja giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya
dapat terjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang
telah diterimanya.
2. Guru.
a. Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui
peserta didik mana yang sudah berhak meneruskan pelajarannya
karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui
peserta didik yang belum berhasil. Apa lagi jika guru tahu akan
sebab-sebabnya ia akan memberikan perhatian yang lebih teliti
sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.
b. Guru akan mengetahui apakah ‘materi’ yang diajarkan sudah
tepat bagi peserta didik sehingga untuk memberikan pengajaran
diwaktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
c. Guru akan mengetahui apakan ‘metode’ yang digunakan sudah
tepat atau belum. Jika sebagian besar dari peserta didik memperoleh
angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan
oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian
halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari
metode lain dalam belajar.
3. Sekolah
a. Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana
hasil belajar peserta didik-peserta didiknya, dapat pula diketahui
bahwa apakan kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah
sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan
cermin kualitas sesuatu sekolah.
b. Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk
sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan
sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
c. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ketahun,
dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan
oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan
standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh
peserta didik.