Identitas Jurnal
Judul: Kultur Sekolah
Penulis: Ariefa Efianingrum
Penerbit: Jurnal Pemikiran Sosiologi
Volume : Volume 2 No.1 , Mei 2013
Sumber : https://jurnal.ugm.ac.id/jps/article/download/23404/pdf
Budaya
sekolah merupakan himpunan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan, ritual dan
upacara, simbol dan cerita yang membentuk persona sekolah. Disini tertulis
harapan untuk membangun dari waktu ke waktu sebagai guru, administrator, orang
tua, dan siswa bekerja sama, memecahkan masalah, menghadapi tantangan dan
mengatasi kegagalan. Setiap sekolah memiliki seperangkat harapan tentang apa
yang dapat dibahas pada rapat staf, bagaimana teknik mengajar yang baik, dan
pentingnya pengembangan staf. Budaya sekolah juga merupakan cara berpikir
tentang sekolah dan berurusan dengan budaya dimana mereka bekerja.
Menurut
Peterson (2002), suatu budaya sekolah mempengaruhi cara orang berpikir, merasa,
dan bertindak. Mampu memahami dan membentuk budaya adalah kunci keberhasilan
sekolah dalam mempromosikan staf dan belajar siswa. Sedangkan menurut Willard
Waller (Deal & Peterson, 2011), sekolah memiliki budaya yang pasti tentang
diri mereka sendiri. Di sekolah, ada ritual yang kompleks dalam hubungan
interpersonal, satu set kebiasaan, adat istiadat, dan sanksi irasional, kode
moral yang berlaku di antara mereka. Orang tua, guru, kepala sekolah, dan siswa
selalu merasakan sesuatu yang istimewa, namun sering kali tak terdefinisikan,
tentang sekolah mereka, tentang sesuatu yang sangat kuat namun sulit untuk
dijelaskan. Kenyataan ini, merupakan aspek sekolah yang sering diabaikan dan
akibatnya sering kali tidak hadir dalam diskusi-diskusi tentang upaya perbaikan
sekolah.
Dalam
literatur sosiologi pendidikan, kebudayaan sekolah dimaknai sebagai: a complex
set of beliefs, values and traditions, ways of thinking and behaving, yaitu
seperangkat keyakinan, nilai, dan tradisi, cara berpikir dan berperilaku yang
membedakannya dari institusi-institusi lainnya (Vembriarto, 1993). Lebih lanjut
dikemukakan bahwa kebudayaan sekolah memiliki unsur-unsur penting, mulai dari
yang abstrak/non-material hingga yang konkrit/material, yaitu:
1.
Nilai-nilai moral, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
2.
Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non
teaching specialist, dan tenaga administrasi.
3.
Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi
keseluruhan program pendidikan.
4.
Letak, lingkungan, dan prasarana fisik sekolah gedung sekolah, mebel air, dan
perlengkapan lainnya.
Kebudayaan
sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai
ciri-ciri yang khas/unik sebagai suatu sub-kebudayaan/sub-culture (Nasution,
1999).
Timbulnya
sub-kebudayaan sekolah juga terjadi karena sebagian besar dari waktu siswa
terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam kondisi demikian, dapat berkembang
pola perilaku yang khas bagi siswa yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan,
kegiatan-kegiatan, serta upacara-upacara. Sebab lain timbulnya kebudayaan
sekolah adalah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak melalui penyampaian
sejumlah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), ketrampilan (psikomotorik)
yang sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik kontrol tertentu yang
berlaku di sekolah itu. Sebagai sub-kultur, kultur sekolah hadir dalam berbagai
variasi dalam praktiknya.
Kultur
sekolah memiliki peran simbolik dalam membentuk pola kultural dalam praktik
kehidupan di sekolah. Kultur sekolah merupakan faktor kunci yang menentukan
pencapaian prestasi akademik maupun non akademik, dan keterlaksanaan proses
pembelajaran bagi siswa. Kultur sekolah meliputi faktor material yang nyata dan
non- material yang tidak nyata. Realitas menunjukkan bahwa kunci keberhasilan
pendidikan sering kali justru terletak pada faktor yang tak terlihat.
Karenanya, menekankan perbaikan pendidikan di sekolah pada proses restrukturisasi
semata, tidak lagi memadai. Namun demikian, restrukturisasi yang bersifat
struktural dan rekonstruksi yang bersifat kultural tidak perlu saling
menegasikan dalam praktiknya.
Dalam
pengembangan kultur sekolah, terdapat aneka pilihan alternatif yang dapat
disesuaikan dengan visi-misi dan kondisi sekolah, serta profil siswa dalam
aneka kecerdasan majemuk Sebagai sub-kultur, setiap sekolah dapat mengembangkan
kultur sekolah yang khas sesuai dengan potensi yang dimiliki, yang bisa jadi
identik dengan kultur masyarakat yang
lebih luas. Dengan adanya variasi tersebut, setiap sekolah memiliki peluang
yang sama untuk membanggakan keunggulan sekolah masing-masing yang khas. Semua
ini tergantung pada peran pimpinan sekolah yang dapat menggerakkan dan mengkomunikasikan
visi-misi sekolah kepada seluruh warga sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar